56 Desa di Bima Dilanda Kekeringan, 25.129 Jiwa Krisis Air

Radar Sriwijaya – Kekeringan yang menyebabkan krisis air bersih di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), kian meluas. Berdasarkan data BPBD setempat, setidaknya ada 56 desa dari 11 Kecamatan atau 25.129 jiwa dilanda krisis air bersih.

Kasubdi Penanganan Darurat BPBD Kabupaten Bima, Bambang Hermawan mengatakan, dari 56 desa yang mengalami krisis air bersih, terdapat empat desa yang mengalami kekeringan parah.

Di antaranya, Desa Kalampa Kecamatan Woha, Desa Dore Kecamatan Palibelo, dan Desa Pesa Kecamatan Wawo dan Desa Bajo Kecamatan Soromandi.

“Di empat desa tersebut memang jadi langganan kekeringan tiap musim kemarau. Apalagi saat kondisi hujan rendah sehingga menyebabkan sumber mata air turun drastis hingga mengering,” tuturnya, Selasa (25/7/2017)

Menurut Bambang, meluasnya wilayah yang terdampak kekeringan disebabkan debit air menurun drastis, terutama di wilayah perbukitan.

“Dampak kekeringan ini mulai dirasakan sejak awal Juni 2017. Hampir sebagian besar sumber mata air di beberapa wilayah yang terdata mulai kering akibat kemarau panjang,”ujar Bambang.

Ia menyebutkan, pendataan dari 56 desa yang kesulitan air bersih dilakukan sejak awal Juli 2017. “Tim BPBD sudah melakukan pendataan bekerjasama dengan kecamatan dan desa, untuk mengetahui kondisi kekeringan,” tuturnya.

Untuk membantu masyarakat yang dilanda kekeringan, Pemerintah Kabupaten Bima melalui BPBD menyalurkan air bersih kepada warga yang terdampak. Penyaluran air bersih berdasarkan permintaan masyarakat dan dilakukan secara bergiliran.

Sementara sumber air diambil dari Pos PDAM yang ada di tiap Kecamatan. “Secara keseluruhan, sudah 100.000 liter air kita salurkan menggunakan dua mobil tangki. Penyaluran dilakukan di seluruh wilayah, tapi yang diutamakan desa-desa yang darurat air bersih,” terangnya.

Bambang mengaku, ribuan penduduk yang terdampak kekeringan memang sangat membutuhkan air bersih. Namun, BPBD hanya memiliki dua unit mobil tangki sehingga suplai air tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.

Saat ini, BPBD hanya mengandalkan dua mobil tangki. Satu unit mobil dari Pemda dan satu unit dari BNPB. “Dengan dua mobil itu, kita tidak mungkin drop air di semua wilayah dalam sehari. Sementara masyarakat di sejumlah desa berteriak minta airm” tuturnya.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pihaknya terpaksa menggunakan mobil pemadam kebakaran. Untuk itu, ia meminta tambahan mobil tangki melalui Kementerian Pekerjaan Umum pusat.

“Kita berharap ada bantuan mobil tangki dari pemerintah pusat. Dengan kondisi sekarang, kita butuh tambahan butuh 7 unit mobil tangki,” pungkasnya. (net)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *