Serang Speedboat Abaikan Keselamatan

**Hiburan Stempel Setahun Sekali di Oki

KAYUAGUNG – Tradisi naik stempel (speedboat, red) merupakan hiburan masyarakat yang merayakan hari raya di Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumateta Selatan.

Jika hari raya tiba, terutama Idul Fitri, ada ratusan speed boat dari perairan Palembang, Pemulutan bahkan Banyuasin berangkat ke kota Kayuagung. Seperti hari raya tahun ini 1438 H, Sungai Komering di Kecamatan Kayuagung dipadati dengan hilir mudik speedboat mengangkut penumpang.

Mulai dari  Anak- anak dan orang tua baik dari kayuagung maupun desa lainnya menyewa speed mereka untuk diajak jalan- jalan melintasi sungai komering sejak Hari H idul Fitri Hingga H + 5.



Namun sayangnya, para pemilik speedboat (serang, red) kurang memperhatikan keselamatan penumpangnya, padahal keselamatan adalah hal yang paling utama dalam penyelenggaraan angkutan.

Pantauan dilapangan, sekitar seratusan speedboat ini mengangkut penumpang baik yang naik dari depan dermaga Pantai Love Kayuagung maupun yang menunggu dipinggir sungai.

Sering kali para serang ini mengemudikan speedboatnya secara zig zag untuk sekedar memberikan kesenangan kepada penumpangnya yang kebanyakan anak-anak. namun hampir kesemua penumpang ini tidak ada satupun yang menggunakan pelampung.

Padahal, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti speedboat terbalik hingga tenggelam maupun terjadinya tabrakan mengingat banyaknya intensitas speedboat yang melintas maka kemungkinan penumpang akan tenggelam terlebih bagi yang tidak bisa berenang. Meskipun ada petugas gabungan kepolisian, dinas perhubungan, BPBD, maupun TNI harus turun tangan melakukan pengamanan dan pembinaan agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.



“Memang ini pesta rakyat, jadi kita awasi dengan mempersiapkan pelampung, serta patroli di air. Para serang juga kita himbau dan kita ingatkan untuk menjaga keselamatan para penumpang,” tegas Kapolsek Kayuagung AKP Feriyanto, Rabu (28/6).

Hal senada diungkapkan camat Kota Kayuagung, Dedi Kurniawan, yang menyatakan bahwa tradisi naik stempel ini merupakan budaya masyarakat yang dilakukan secara turun temurun. Diakuinya, memang masih terdapat sejumlah hal yang perlu diperbaiki kedepan terkait dengan penataan maupun ketentuan penyelenggaraan kegiatan naik stempel tersebut.

“Ini memang tradisi masyarakat kita, kedepan kita akan berupaya agar lebih baik untuk keamanan dan kenyamanan legiatan tersebut. ” katanya.

Sementara itu Syarifuddin (57) serang speed asal 1 ulu laut Palembang menerangkan, mereka konvoi dari Palembang menuju ke Kayuagung. Mereka datang sekitar 50 orang lebih dari perairan Muara Pedu menuju Kayuagung yang ditempuh sekitar 1,5 jam.

“Di kayuagung kami tidur di speed inilah dek,” ucapnya yang biasa membawa penumpang di Palembang dengan trayek, Sungai Baung- Palembang.

“Kalau lebaran cak ini ke sungai Baung sepi dek, jadi kami ke sini sudah sejak tahun 90an,” ucapnya.

Untuk pendapatan ,perhari rata- rata dari lebaran kedua hingga lebaran kelima bisa mencapai Rp2juta perhari, belum dipotong minyak dan uang makan. Untuk harga naik stempel untuk satu kali putaran juga bervariasi dari Rp5000 perorang hingga Rp10ribu per orang, Sementara untuk menyanter speed dari Rp50ribu hingga Rp100ribu untuk satu kali putaran.

Salah seorang warga Kayuagung, Yanto (35) mengatakan, bahwa hiburan stempel di Kayuagung ramai diminati warga setempat maupun warga datangan yang ke Kayuagung. Dirinya sendiri mengaku sangat senang menaiki stempel, hanya saja memang pengamanan harus lebih diperhatikan pihak terkait.

“Seharusnya ada pelampung yang disiapkan bagi penumpang. Karena speed melaju dengan kecepatan tinggi dan banyak anak- anak yang ikut. Kalau ada pelampung terlihat lebih tertib dan disiplin serta aman,” pintanya.(den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *