Foto : Docpribadi/SHI Sumsel.
Radar Sriwijaya, (Palembang) — Dalam rangka memperingati Pekan Hari Mangrove, Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumatera Selatan menggelar acara nonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter berjudul “Pulau Plastik” Kamis malam (31/07) bertempat di Sekretariat SHI Sumsel.
Acara yang berlangsung dari pukul 19.30 hingga 22.00 WIB ini terbuka untuk umum dan gratis, mengundang perhatian berbagai kalangan, terutama anak muda dan pegiat lingkungan. Film Pulau Plastik yang ditayangkan, menggambarkan realitas pahit pencemaran plastik di Indonesia dan dampaknya terhadap manusia serta lingkungan, termasuk ekosistem mangrove yang semakin terancam.
Diskusi pasca pemutaran film dipantik oleh Ferdiansyah Rivai, S.IP, M.A, dosen Ilmu Hubungan Internasional, yang memberikan perspektif akademik dan global mengenai isu plastik, tata kelola lingkungan, serta pentingnya keterlibatan masyarakat sipil dalam menyuarakan perubahan.
Dalam diskusi, Ferdiansyah menekankan bahwa “Persoalan plastik bukan hanya isu lingkungan, tapi juga mencerminkan bagaimana kebijakan negara, korporasi, dan perilaku masyarakat saling berkaitan. Mangrove sebagai benteng alami pesisir kini sangat rentan, dan kita perlu bersatu untuk menjaganya.”
Di tempat yang sama, Ketua Umum SHI Sumsel, Muhammad Husni mengatakan Melalui film Pulau Plastik, SHI Sumsel mengajak kita membuka mata dan hati bahwa krisis lingkungan bukan lagi cerita masa depan, tapi kenyataan hari ini.
“Plastik sekali pakai telah mencemari laut, tanah, bahkan tubuh manusia. Melalui pemutarab film dengan tema pulau plastik, Inilah saatnya membangun kesadaran kolektif. Perubahan tidak lahir dari satu suara, tapi dari kekuatan bersama yang terorganisir. Gerakan sosial harus jadi ruang edukasi dan aksi, bukan sekadar wacana, kami percaya, masyarakat yang sadar akan bergerak dan masyarakat yang bergerak akan mengubah dunia. Mari bersatu, bersuara, dan bertindak demi bumi yang layak kita jaga bersama,” ungkap Husni.
Acara ini merupakan bagian dari semangat SHI Sumsel untuk bersatu, bersarekat, dan berlawan terhadap krisis ekologi, khususnya melalui gerakan literasi lingkungan dan ruang diskusi publik. (Al)











