Manajemen Keuangan Sekolah Tidak Dapat Dinomerduakan, Kenapa ?

Penulis :
Ririn Widiastuti
Mahasiswa PGMI INISNU Temanggung

Radar Sriwijaya.com,- Berbicara seputar dunia pendidikan, tidak pernah bisa terlepas dengan kata manajemen. Di mana setiap kegiatan harus diatur sedemikian rupa agar hasil sesuai dengan tujuan. Manajemen merupakan suatu proses merencanakan, dan mengatur kegiatan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan adanya manajemen sekolah yang teratur dengan baik, secara otomatis sistem pendidikan di sekolah tersebut semakin baik pula dan tujuan pendidikan tercapai.

Menurut (Iskandar, 2019: 114) manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan organisasi secara efektif serta efisien. Dalam lingkup pendidikan, manajemen berbasis sekolah teridiri dari manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, manajemen keuangan, manajemen tenaga pendidik dan kependidikan, serta manajemen sarana dan prasarana.

Seiring berkembangnya zaman, manajemen juga berubah tatananya. Manajemen seakan nyawa dalam suatu sekolah, tanpa adanya manajemen sekolah tidak bisa berkembang secara maksimal. Semua manajemen berbasis sekolah harus berjalan dengan seimbang dan beriringan, jika ada salah satu tidak memiliki fungsi layanan, maka sama saja tidak bisa memajukan sekolah. Ada salah satu manajemen sekolah yang sangat penting dan keberadaanya selalu dinomor satukan, bahkan kadang menjadi pro dan kontra, yaitu manajemen keuangan.

Manajemen keuangan merupakan salah satu manajemen berbasis sekolah yang akan turut menentukan berjalannya dan kemajuan kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah. Apalagi dengan adanya wabah Covid-19, manajemen keuangan sangat diperhitungkan, meskipun sekolah di adakan secara jarak jauh akan tetapi pengeluaran keuangan justru semakin besar dengan begitu proses pengaturan dan pengendalian harus dijalankan sebagaimana mestinya.

Pentingnya Manajemen Keuangan sebenarnya apa sih pentingnya keuangan dalam sekolah?, seringkali keuangan menjadi perdebatan yang trending. Tak kalah pentingnya dengan manajemen kurikulum, manajemen keuangan juga ikut andil dalam kesejahteraan peserta didik, dan khususnya bagi tenaga pendidik serta tenaga kependidikan.

Proses penerimaan keuangan sekolah, bersumber dari dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS). Dana BOS diperoleh berdasarkan dari jumlah peserta didik yang ada dalam satuan pendidikan tersebut. Semakin banyak jumlah peserta didik semakin banyak pula BOS yang diterima.

Dana BOS biasanya digunakan untuk pembiayaan sarana dan prasarana, kegiatan-kegiatan intra sekolah, dan yang paling utama untuk honorium tenaga pendidik dan kependidikan. Banyak yang berasumsi, jumlah honor yang diberikan semakin tinggi maka semakin tinggi pula fasilitas yang diberikan dalam pendidikan di dalam kelas, dan kesejahteraan tenaga pendidik serta kependidikan sudah terjamin kehidupannya.

Selain dari dana BOS, sumber keuangan sekolah juga bisa berasal dari orang tua siswa yang memberikan swadayanya untuk sekolah, kemudian sumber dana dari sponsor dari lembaga keuangan ataupun perusahaan. Peraturan pemerintah No. 48 Tahun 2008 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, serta masyarakat.

Manajemen keuangan diangap hal yang paling utama harus ada pada satuan pendidikan, karena segala kegiatan membutuhkan pendanaan yang dimiliki oleh sekolah. Mulai dari sarpras, honor guru, alat tulis dan lain sebagainya.

Biasanya kualitas sekolah yang baik juga ditentukan dengan manajemen keuangan yang bagus, kedua aspek tersebut saling melengkapi. Apabila keuangan sekolah semakin membaik, pasti pembangunan sekolah tersebut meningkat.

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena sekolah yang belum negeri mengantungkan semua kebutuhan dari dana yang diberikan pemerintah, mulai dari pembangunan bahkan juga honor untuk tenaga pendidik.

Semakin banyak dana yang diperoleh sekolah tersebut, maka semakin tinggi juga honor yang diterima oleh guru. Hal tersebut yang menyebabkan manajemen keuangan harus menjadi suatu yang paling utama di sekolah. Sudah diketahui bahwa honor yang diterima guru juga menentukan kualitas pendidikan yang berlangsung di satuan pendidikan itu.

Menariknya manajemen keuangan tentunya memiliki banyak manfaat, baik yang terlihat atau tidak terlihat pengunaannya. Tanpa adanya manajemen keuangan di dalam sekolah, tentunya tidak akan berjalan aktivitas pada satuan pendidikan tersebut. Dalam manajemen keuangan ini kepala sekolah sebagai manager sekolah harus memimpin di sekolah serta memiliki fungsi sebagai otorisator dan juga fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran kepada bendahara (Komariah, 2018).

Pendapat Bafadal tentang fungsi manajemen keuangan yaitu sebagai perencanaan anggaran, pengadaan anggaran, pendistribusi, pelaksanaan, pembukaan keuangan, serta pengawasan dan juga pertanggung jawaban dalam keuangan. biasanya manajemen keuangan pada sekolah sering daijadikan manajemen yang utama dan dicari keberadaannya.

Keuangan pada sekolah diperoleh dari pemerintah, orang tua, masyarakat, dana dari alumni, dana dari kewirausahaan sekolah (entrepreneurship, serta dana dari suatu kegiatan yang diadakan pada sekolah.

Pengunaan keuangan dalam satuan pendidikan berbeda-beda, dan jumlah yang beda pula. Manajemen keuangan harus diatur sedemikian rupa, agar kesejahteraan pendidik, peserta didik, juga kualitas sekolah bisa menjadi suatu hal yang paling utama. Sarana dan prasarana dalam sekolah juga diperbaiki, guna menunjang minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Kenapa hal itu bisa terjadi gaes? Karena kualitas dan kuantitas sekolah menjadi acuan kemajuan pendidikan di Indonesia.

Meskipun manajemen keuangan sekolah selalu dinomer satukan, akan tetapi hal itu masih salah. Karena tidak monomer satukan profesionalitas dalam menjalankan profesi sebagai pendidik. Salah juga manajemen keuangan sekolah yang ada di Indonesia tidak berani mengalokasikan dana BOSnya untuk suatu organisasi misalnya gerakan pramuka yang bisa membentuk kualitas pendidikan yang maju seperti halnya pendidikan di Finlandia. Dengan adanya contoh seperti itu, alangkah baiknya jika keuangan sekolah dikelola untuk organisasi yang bisa mendorong kemajuan sekolah.(*)

(Artikel ini dikirimkan penulis melalui email redaksi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *