Tradisi Muku Sahur Mouli Muanai Kayuagung

Oleh : Muhammad Raziq Hannan  – Radar Sriwijaya


KAYUAGUNG – Tentu saja setiap daerah memiliki ragam budaya  dalam membangunkan sahur dalam bulan suci ramadhan, tidak hanya caranya demikian juga istilah yang digunakan untuk menyebut tradisi inipun jelas saja berbeda, ada yang berkeliling dengan memukul beduk, ada juga kentungan, petasan dan alat music dan lain sebagainya.

Namun demikian tujuannya adalah sama yakni untuk  membangunkan orang agar bangun untuk makan sahur memang sudah cukup memasyarakat di sejumlah daerah di Indonesia, hanya saja ada yang berbeda dengan tradisi muku Sahur Mouli Mauai (bujang-gadis,red) di Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten OKI. Sebab muku sahur ini hanya ditujukan bagi Muanai (Bujang) dan Mouli (Gadis) yang belum berkeluarga.

Menurut  Pengawe Kelurahan Sukadana Kecamatan Kota Kayuagung, Kohar mengatakan, Muku Sahur ini merupakan warisan budaya nenek moyang kayuagung yang sudah ada sejak  ratusan tahun yang lalu meskipun sarana informasi semakin berkembang dan teknologi semakin tumbuh pesat, namun tradisi muku sahur tetap saja mengasyikan bagi para bujang dan gadis sebab muku sahur ini menjadi kesempatan untuk bagi mouli dan muanai yang membina hubungan “pacaran” atau sedang dalam PDKT.

Jika pada zaman dulu para muanai muku sahur dengan cara berjalan kaki menuju kerumah mouli yang akan di puku (bangunkan,red) sahurhingga berkilo-kilo meter, namun sekarang cukup dengan menggunakan sepeda motor atau kendaraan lainnya mereka bisa mendatangi rumah yang dituju dengan mudah.

“Kalau dulu harus berjalan kaki, sekarang cukup naik motor sudah bisa sampai, selain itu sekadang sudah bisa lewat HP, beda dengan zaman dulu.” Ujar salah seorang pemangku adat Kelurahan ini.

Diceritakannya, awalnya para muanai ini berkumpul di suatu tempat yang biasa dijadikan tempat mangkal, tak ada peralatan yang dibawa kecuali kendaraan yang akan digunakan untuk mencapai lokasi muku sahur,  kemudian sekitar pukul 01.30 wib rombongan muanai ini mulai melakukan aksi muku sahur, setibanya di depan rumah sang mouli, sepeda motor yang dikendarai mulai disuarakan dengan keras, demikian juga beberapa kali klakson dibunyikan meskipun lewat tengah malam, akitivtas ini akan terus berlanjut sampai nanti penghuni rumah terbangun.

Uniknya, meskipun menimbulkan suara yang cukup bising namun masyarakat setempat tidak ada yang protes dan keberatan dengan kegiatan para muanai yang melakukan muku sahur ini mengingat hal ini sudah menjadi tradisi setiap kali datang bulan suci ramadhan.

Setelah penghuni rumah terbangun, kendaraan mulai matikan, biasanya yang membuka pintu pasti anak gadis yang ada dalam rumah tersebut, sebab tradisi muku sahur ini memang diperuntukan bagi mouli muanai, namun tak jarang juga yang kadang gadis yang dipuku sahursedang tidak berada dirumah.

Ketika penghuni rumah terbangun tak lantas langsung berlalu, mereka berbincang dan bercanda hingga nanti pemilik rumah mengeluarkan makanan ala kadarnya atau sekedar minuman teh maupun kopi, moment ini juga sebagai kesempatan bagi yang pacaran dapat bertemu maupun yang baru ada pendekatan untuk saling mengenal meskipun waktunya tidak begitu lama.

“Kadang ada juga canda seperti, dek tadi hujan tidak disini, kalau hujan pasti sumurnya penuh air, ini istilah untuk meminta minuman kepada tuan rumah.” Katanya.

Terkadang karena rombongan muku sahur ini orangnya banyak, ada sebagian yang masih menunggu di rumah salah seorang gadis yang sedang dipuku sahur, ada juga yang melanjutkan perjalanan untuk membangunkan sahur yang lainnya dan mereka akan kembali berkumpul di tempat mangkal pertama kali sebelum nantinya pulang kerumah masing-masing.

Lamanya waktu yang biasa digunakan oleh para muanai yang melakukan muku sahur ini disebuah rumah tidak tentu, namun biasanya biasanya rombongan muku sahur ini  akan berlalu setelah sekitar 30 – 45 menit, namun terkadang bisa lebih cepat jika situasinya dianggap tidak memungkinkan dan jika waktu masih memungkinkan biasanya mereka akan muku lagi ditempat lain.

Tradisi muku sahur ini akan terlihat ramai jika pada malam sabtu atau malam minggu maupun masuk dalam hari libur, hal ini banyak digunakan oleh para muanai yang sedang merantau atau sekolah maupun kuliah diluar daerah pulang ke kampung halaman, serta pada saat ramadhan masih memasuki minggu pertama hingga minggu ketiga, namun memasuki minggu empat intensitas akan berkurang karena sudah masuk ke malam “miyah malaman” hal ini merupakan sebuah tradisi lainnya di Kayuagung yang hanya dilakukan pada saat malam-malam ganjil sebelum nanti masuk pada hari raya Indul Fitri.

“Nah kalau sudah masuk malam selikur dan seterusnya jumlah yang muku sahur akan berkurang, dan yang pasti ada kegiatan lainnya yakni “Miyah Malaman”, ini juga tradisi bujang gadis kayuagung setelah mendekati idul fitri.” Katanya.

Nah, Jika kepengen tahu bagaimana tradisi muku sahur di kayuagung, cobalah sesekali datang ke Ibukota Kabupaten berjuluk bumi bende seguguk ini untuk sekedar muku sahur. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *