Caption : HM Dja’far Shodiq tampak akrab berbincang dengan warga didepan masjid agung sholihin Kayuagung menjelang waktu dzuhur kemarin.
oleh : Mansyur Purnomo
Radarsriwijaya.– H. Muhammad Dja’far Shodiq, atau lebih akrab disapa Pak Shodiq, adalah nama yang kini menjadi perbincangan hangat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Tak hanya di kalangan pengamat politik, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat kecil, nama ini sering muncul dalam diskusi, baik yang positif maupun negatif.
Di balik sorotan tersebut, ada cerita-cerita kecil yang mungkin tak banyak diketahui orang, namun sangat menyentuh dan memberikan gambaran tentang siapa sebenarnya sosok Pak Shodiq ini.
Pengorbanan Tanpa Henti untuk OKI
Pak Shodiq adalah sosok yang memiliki waktu istirahat sangat terbatas. Dalam 24 jam sehari, beliau hanya tidur dua jam karena padatnya jadwal silaturahmi dan kunjungan ke berbagai wilayah di OKI.
Beliau selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga dari berbagai latar belakang tanpa memandang status sosial.
Bahkan, sering kali waktu istirahatnya tergerus oleh tamu-tamu yang datang hingga larut malam. Jam tiga pagi baru tidur, dan jam setengah lima sudah bangun adalah hal yang biasa bagi beliau.
Di sela-sela perjalanan, beliau sering memanfaatkan waktu untuk tidur sebentar di dalam mobil, menunjukkan betapa besar dedikasinya untuk masyarakat.
Kedekatan dengan Rakyat, Tanpa Batas
Kedekatan Pak Shodiq dengan para habib, kiai, dan tokoh-tokoh masyarakat sangat terasa. Beliau selalu mendengarkan saran dan masukan, tak hanya dari orang-orang besar, tetapi juga dari rakyat biasa.
Suatu pagi, saat sedang menikmati kopi, seorang pria tua bernama Pak Kelik datang dengan sepeda, memberikan nasihat dalam bahasa Jawa yang sederhana, namun penuh makna.
Pak Kelik mengingatkan Pak Shodiq untuk tetap sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan, termasuk fitnah dan penghinaan. Bagi Pak Shodiq, nasihat seperti ini sangat berharga, dan beliau menerimanya dengan penuh rasa hormat.
Kesederhanaan yang Menginspirasi
Pak Shodiq bukanlah orang yang lahir dalam kemewahan. Beliau dibesarkan sebagai anak seorang petani, pernah menjadi tukang ojek, dan ikut menebang tebu di PT Cinta Manis.
Kesederhanaannya bukanlah pencitraan, melainkan kenyataan yang lahir dari pengalaman hidup yang keras.
Tak heran jika beliau selalu meminta agar masyarakat tidak repot-repot menyajikan hidangan mewah saat beliau berkunjung. Cukup dengan segelas kopi dan senyuman, itu sudah membuatnya merasa nyaman.
Kesederhanaan ini pula yang membuat Pak Shodiq mudah bergaul dengan siapa saja tanpa ada jarak.
Ketulusan dan Keikhlasan Tanpa Batas
Dalam kesibukannya yang luar biasa, Pak Shodiq tak pernah menunjukkan keluhan, apalagi marah. Meskipun banyak fitnah dan tekanan yang dihadapinya, beliau tetap menjalani semua itu dengan ikhlas.
Tak ada keluhan, tak ada rasa capek yang terlihat di wajahnya. Bagi beliau, perjuangan ini adalah panggilan hati yang harus dijalani dengan penuh kesabaran.
Niat Baik yang Menembus Batasan Sosial
Visi dan misi Pak Shodiq untuk maju dalam Pemilihan Bupati & Wakil Bupati OKI memiliki satu tujuan yang tak tertulis, namun sangat mendalam: membuka jalan bagi wong cilik, wong tani, wong transmigrasi untuk menjadi pemimpin.
Pak Shodiq ingin membuktikan bahwa siapa pun, tak peduli dari mana asalnya, memiliki kesempatan untuk memimpin dan membawa perubahan bagi rakyat kecil. Pengalaman hidup yang penuh liku, serta kedekatannya dengan rakyat kecil, membuatnya sangat memahami apa yang dibutuhkan untuk membawa perubahan di OKI.
Cerita singkat ini mungkin belum bisa sepenuhnya menggambarkan siapa Pak Shodiq, tetapi bagi saya, pribadi beliau telah memberikan kekuatan baru untuk terus berjuang.
Pilihan ada di tangan kita sebagai warga OKI. Mari kita satukan tekad dan tujuan untuk mendukung H.M. Dja’far Shodiq dan Abdiyanto sebagai Bupati dan Wakil Bupati OKI periode 2025-2030, agar OKI benar-benar JADI lebih baik.(*)
