Harga BBM Naik, Pertashop Kehilangan Konsumen

Radar Sriwijaya, OKI – Seperti diketahui bersama, pada tanggal 3 September 2022 lalu pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Pertamax, dan Solar yang lebih nge-trend dengan sebutan penyesuaian harga.

Sejak adanya penyesuaian ini, tak hanya gejolak penolakan terjadi lantaran kenaikan BBM dianggap memicu menaiknya harga barang dan jasa. Dampaknya pun dirasakan oleh mitra Pertamina yakni Pertashop.

Bahkan jenis usaha yang beberapa waktu terakhir ini gencar berada di desa-desa, ‘megap-megap’ atas kenaikan harga BBM, khususnya jenis Pertamax. Sebelumnya Rp 12.500 per liter kini naik menjadi Rp 14.500 per liter.

Seperti dialami Pertashop di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Kondisinya kian sepi pembeli pasca naiknya harga BBM tersebut, ditambah lokasinya memang tak ramai arus lalu lintas.

“Pasca harga Pertamax naik, Pertashop saya sepi konsumennya. Ini mungkin juga dialami oleh teman-teman pengelola lainnya,” ungkap pengelola Pertashop di Desa Riding yang tak bersedia disebutkan namanya, Rabu (14/9/2022).

Lanjutnya, sebelum kenaikan, karena disini hanya menjual jenis Pertamax saja, masih ada aja konsumen walau tak ramai. Tetapi pasca kenaikan harga, nyaris tak ada sama sekali. Mungkin konsumen beralih ke jenis Petalite yang bisa dibeli di eceran.

“Akibatnya, omset menurun drastis 70 – 80 persen. Tak hanya itu, dampak dari kenaikan harga Pertamax, kita juga jadi kesulitan bayar gaji operator,” keluh dia.

Ia pun berharap Pertashop diberi kelonggaran untuk bisa menjual BBM jenis Pertalite juga, agar bisa sedikit bernafas lega, tidak ‘megap-megap’ seperti ini. Serta pengawasan penyaluran BBM di SPBU, terutama Pertalite diperketat, sehingga tidak bebas diperjualbelikan.

“Itu yang jual eceran, kalau bukan beli di SPBU, ya dimana lagi. Harapan kita, pemerintah dan APH bisa menertibkan pendistribusian BBM bersubsidi agar tidak dijual bebas selain di SPBU,” tandas dia.

“Sekali lagi kita berharap agar Pertashop diizinkan menjual Pertalite, karena lebih dibutuhkan oleh masyarakat kurang mampu dan subsidi bisa tepat sasaran,” pungkas dia. (bram/rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *