Buruh Penebang Tebu Tewas Tersambar Petir, Ini Tanggapan PTPN VII Cinta Manis

Radar Sriwijaya, Ogan Ilir – Salah satu buruh lepas yang bekerja sebagai penebang tebu milik PT Perkebunan Tebu (PTPN) VII Cinta Manis, tewas disambar petir pada Rabu (7/9/2022) sore kemarin.

Informasi yang dihimpun, korban bernama Dona yang merupakan warga Kecamatan Sirah Pulau (SP) Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), saat kejadian ia dan rekan – rekannya sedang melakukan aktifitas di daerah Rayon 1 Afdeling 4.

Pasca kejadian, korban berjenis kelamin perempuan itu, lalu dibawa ke kediamannya menggunakan ambulans yang disediakan oleh pihak PTPN VII Cinta Manis, bekerjasama dengan Puskesmas Tanjung Batu.

“Iya benar ada musibah tersebut, dan ini diluar kehendak kita sebagai manusia. Mengetahui kejadian ini, korban segera kita evakuasi dan dibawa ke Puskesmas terdekat. Selanjutnya diantar ke rumah duka di daerah SP Padang, sekaligus kemarin juga memberikan santunan kepada keluarganya,” ujar Domo selaku Humas Pabrik Gula Cinta Manis PTPN VII yang berlokasi di Desa Ketiau, saat dikonfirmasi  media , Kamis (8/9/2022) pagi.

Katanya lagi, Cinta Manis sendiri telah melakukan upaya semaksimal mungkin guna membantu korban, termasuk mengakomodir agar yang bersangkutan mendapat santunan dari BPSJS Ketenagakerjaan.

“Mengingat korban ini salah satu peserta dari BPJS Ketenagakerjaan, kita memfasilitasi agar klaim asuransi bisa ia dapatkan. Syukurnya, hal tersebut bisa didapatkan dan tim kita juga bergerak untuk membantu hal tersebut,” tambah dia.

Ditanya perihal jam kerja dari buruh penebang tebu itu sendiri, Domo menjelaskan bahwa memang buruh semacam ini bukan merupakan unit kerja dari PT. Cinta Manis. Ia berujar kalau jam kerja, baik masuk atau keluar mereka tidak seperti pekerja lainnya. Misalnya yang bekerja di pabrik atau kantor di Unit Cinta Manis.

“Pekerja-pekerja ini di handle oleh kelompok kerja, dari kelompok kerja ini merekrut para buruh penebang. Jadi kita berinteraksinya dengan ketua kelompok. Perihal durasi kerja, sistemnya borongan. Jadi mau banyak atau sedikit ada pada pekerja atau buruh lapangan itu sendiri. Namun demikian, untuk meminimalisir hal tak diinginkan, kita selalu mengimbau agar pekerja tetap mengedepankan keselamatan dalam bekerja,” imbunya.

Lanjut dia, dari kejadian ini pihaknya terus melakukan evaluasi dan berkoordinasi, agar hal serupa tak lagi terjadi.

“Kami tentunya tidak menginginkan hal seperti ini, dan ini menjadi sebuah pembelajaran agar hal tak diinginkan bisa diminimalisir,” pungkas dia. (bram/rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *