Debat Publik Pilkada OKI Cerminan Wawasan Kandidat

Radar Sriwijaya (OKI) – Debat Publik Pilkada OKI 2018 yang digelar, rabu (20/6/2018) malam kemarin, merupakan gambaran dari wawasan serta langkah stategis yang akan dilakukan oleh para kandidat jika terpilih dalam pilkada 27 juni 2018 mendatang.

Kampanye yang disiarkan langsung oleh stasiun TVRI sumatera selatan (sumsel) tersebut sejatinya menjadi ruang bagi pasangan calon untuk beradu gagasan dan meyakinkan publik mengapa masyarakat harus memilih paslon tersebut.

Namun demikian, debat tersebut tampaknya belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masing masing pasangan calon, bahkan ada yang terkesan tidak menguasai permasalahan.

Beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh panelis terkait rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) malah dijawab dengan isu pemekaran oleh Azhari Effendi.

“Wilayah Kabupaten OKI begitu luas. Hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri untuk membangun OKI. Kunci utama pembangunan itu pemekaran,” ungkap Azhari seraya menambahkan, akan memekarkan wilayah OKI menjadi tiga, yakni Kabupaten OKI induk, Pantai Timur, dan Lintas Timur.

Tak jauh beda diutarakan calon bupati nomor urut dua, Abdiyanto yang terpancing menyebut pemekaran wilayah dalam debat.

“Hal terpenting adalah pemekaran wilayah. Dengan luasnya rentang kendali sehingga sulit dalam memberikan pelayanan,” ujar Abdiyanto.

Sementara, paslon nomor satu H Iskandar SE mengatakan, pembangunan tidak boleh mengabaikan lingkungan dan harus membuat RTRW agar peruntukan lahan gambut dan ekosistem tetap terjaga.

“Pentingnya tata ruang agar lingkungan tidak terganggu dengan pembangunan,” tegas H Iskandar SE.

Sesi debat selanjutnya, masing-masing paslon diberikan kesempatan untuk melemparkan pertanyaan kepada paslon lainnya. Salah satu hal yang cukup menarik perhatian dan sorakan dari para audiens adalah pertanyaan yang diajukan oleh paslon nomor dua terhadap nomor tiga.

Dalam kesempatan itu pula, paslon nomor dua Made Indawan mempertanyakan berapa besar anggaran yang akan digunakan untuk membangun infrastruktur jalan kepada paslon nomor urut tiga, Azhari-Qomarus. Terkait pertanyaan itu, baik calon Bupati maupun Wakil Bupati nomor urut tiga ini tidak dapat menjawab secara detail berapa besaran anggaran yang diperkirakan akan digunakan.

“Harus tahu anggaran dulu kalau mau jadi bupati,” ungkap Made sehingga meramaikan suasana debat yang dipimpin oleh moderator Frisca Clarissa ini.

Hal lain yang cukup memancing keriuhan audiens ketika Paslon nomor urut dua melempar pertanyaan tentang jalan kepada pasangan nomor urut satu, H Iskandar SE – H M Dja’far Shodiq.

Dalam hal ini, H Iskandar SE menjawab Kabupaten OKI di bawah kepemimpinannya berhasil menambah panjang dan memperbaiki jalan. Saat bupati petahana mengembalikan pertanyaan terkait anggaran jalan yang diketahui anggota dewan yang mengesahkan anggaran.

“Kalau mau tukaran paslon satu jadi DPRD, paslon dua jadi bupati,” kelakarnya.

Ketika paslon nomor urut dua tidak sesuai menjawab pertanyaan terkait good government, paslon tiga Azhari langsung berseloroh dengan spontan.

“Kamek dak terti bahase intelek (kami tidak mengerti bahasa intelek),” ungkapnya disambut sorak penonton.

Menanggapi rangkaian debat tersebut, Prof Dr Andi Mulyana MSc selaku panelis mengimbau masyarakat OKI agar lebih cerdas memilih calon bupati dan wakil bupati.

“Pilih mana yang banyak multiplier effect paling besar terhadap masyarakat, menyangkut dari hulu ke hilir,” ungkap Dekan Fakultas Pertanian Unsri itu.

Menurut pakar tersebut, belum semua dari ketiga itu yang punya program multiplier effects. Timses, tambah dia, harus memberi rincian program yang bisa dipiilih dan dikembangkan paslon.

“Pilih mana yang paling bisa punya efek yang paling luas.

Kalau incumbent (H Iskandar SE) tinggal (menuntaskan pembangunan) lima tahun. Jadi harus meninggalkan kenangan yang bagus. Kalau yang baru masuk (Abdiyanto dan Azhari Effendi) harus berpikir sepuluh tahun dahulu harus bagaimana. Harus punya pikiran begitu, jangan putus tengah jalan,” sarannya sembari mengakui program calon bupati petahana.

Masih kata panelis sekaligus pakar pertanian itu, dalam pembangunan, dana pasti terbatas, namun sebagai pemimpin tentu harus cerdas dalam melakukan pengelolaan anggaran.

“Artinya, kalau dana terbatas harus punya prioritas. Harus dapat dicapai dalam lima tahun. Kalau semuanya dibangun, uangnya tidak cukup,” terangnya.

Kalau mau terpilih jadi bupati, lanjut dia, mestinya dari sekarang harus bisa berpikir, apa yang bisa dikerjakan dan harus bisa berpikir integrasi horizontal dan vertikal.
“Jangan lupa, kan punya sumber lain. Dari CSR tadi, bantuan pusat, kerja sama dengan luar negeri, perguruan tinggi,” tutupnya.(den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *