Midang Bebuke Warisan Budaya Yang terus Dilestarikan

KAYUAGUNG – Midang bebuke morge siwe merupakan tradisi masyarakat morge siwe Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (sumsel) yang setiap tahun dilaksanakan secara rutin dalam rangkaian perayaan hari raya idul fitri terutama pada hari ke 3-4 idul fitri, Kegiatan Midang menjadi agenda tahunan pariwisata kabupaten OKI dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Seperti halnya pada perayaan idul fitri 1438 H, selasa -rabu (26-27/6/2017).

Midang dalam istilah masyarakat kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran, awalnya midang ini ada pada abad 16 yang merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki dalam rangkaian adat istiadat perkawinan dan Seiring berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan dan mulai tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.


Midang dari Kelurahan Sidakersa berphoto bersama Sekda OKI H Husin

Para peserta ini melakukan arak-arakan pakaian adat perkawinan “Mabang Handak” (adat perkawinan kayuagung,red), setidaknya ada 14 macam pakaian adat perkawinan, yang ditutup dengan pemusik tanjidor.
Ribuan peserta midang yang berasal dari 11 kelurahan dalam Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protocol dan menyeberangi sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kotaraya dengan kelurahan Mangun jaya, dan finist di pendopo rumah dinas Bupati OKI.

Midang Morge siwe sendiri awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih, Red) masyarakat Kayuagung pada masa itu, yang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga,red)


Midang Kelurahan Mangunjaya

Dimana jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang yang pesertanya muda mudi berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memperkenalkan pada khalayak ramai, bahkan tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung ada orang tua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten OKI, H Amiruddin, bahwa saat ini midang masih menjadi salah satu adat budaya masih bertahan didilestarikan saat ini di kabupaten OKI.

“Adat arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan, para pelakunya adalah para muda-mudi dalam kelurahan, dahulu midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, Kemudian untuk melestarikanya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata setiap tahunnya, tepatnya di setiap lebaran,” ujarnya.

Midang ini sendiri juga menjadi event pariwisata nasional yang artinya midang ini sendiri bukan hanya milik kabupaten OKI saja tetapi sudah menjadi salah satu atraksi pariwisata yang terdaftar di kementerian pariwisata dan pernah juga ditampilkan diistana negara pada tahun 2007.

Bupati OKI Iskandar SE didampingi sekda OKI H Husin mengatakan, bahwa saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten OKI sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya.

“Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” pungkasnya.
Sementara itu untuk kesempatan lebaran ketiga dimulai dari kelurahan sidakersa, tanjung rancing, kayuagung asli, kotaraya, kedaton dan mangunjaya. (den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *